JAKARTA, iNews.id – Contoh stand up comedy tentang kritik sosial ini sempat dibawakan oleh seorang komika bernama Abdur. Ia dikenal sebagai peraih gelar juara 2 dalam ajang stand up comedy yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta pada 2014 silam.
Materinya yang kerap membahas kritik sosial dan fenomena yang ada di Indonesia Timur menjadi salah satu keberhasilannya dalam kompetisi tersebut. Sebagaimana materi dalam artikel ini, Abdur membahas mengenai keresahannya terhadap pencalonan anggota legislatif, jalannya demokrasi, hingga pendidikan yang tidak merata di Indonesia.
Adapun contoh stand up comedy tentang kritik sosial dari Abdur, yang dirangkum iNews.id dari berbagai sumber, Selasa (24/10/2023), adalah sebagai berikut.
Contoh Stand Up Comedy tentang Kritik Sosial
Teman-teman, terima kasih.
Tanpa kalian semua, kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami. Ini semua bukan masalah kompetisi atau komentar para juri atau berebut juara untuk menjadi MC. Ini semua adalah sebuah inspirasi, bersatu dalam satu mimpi untuk Indonesia yang lebih harmoni.
Teman-teman, sudah 16 tahun kita tertatih dalam reformasi, ditipu oleh para politisi yang katanya berikan bukti bukan janji. Tapi begitu ada tangis suara minor di pelosok negeri, mereka sibuk mencari koalisi bukan solusi.
Makannya teman-teman, daripada sibuk nonton mereka yang debat di televisi, lebih baik datang ke sini, bisa cuci mata ada Tante Feni.
Teman-teman, ada 6.608 orang yang berebut kursi di DPR RI. Ini berarti 1 orang cuma punya peluang menang 8%. Memang tidak semua, tapi ada orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.
Pertanyaannya sekarang adalah orang gila mana yang mau menghabiskan uang banyak untuk investasi yang peluang dia kalah adalah 92%?
Orang gila mana?!
Makanya kalau ada yang bilang, “Ah anggota DPR itu gila.”
“Hei, mereka itu sudah gila sejak awal.”
92% kalau dalam balapan kuda itu berarti kita bertaruh pada kuda yang gitting.
Kuda yang lain itu kan jalannya (suara langkah kuda) tuktuktuk tuktuktuk tuktuktuk. Kalau kuda yang gitting itu (suara langkah kuda) tuktuktuk awwww. Tiba-tiba sudah di laut saja.
Peluang 8% menang, kalau dalam permainan catur itu artinya kita cuman pakai bidak dan dua kuda. Dua kuda. Dua kuda. Itu pun satunya kuda liar. Jalannya tidak L tapi Dul, lompat pembatas tujuh mati.
Saya bilang seperti ini teman-teman karena bapak saya itu jadi caleg di 2014. Kemarin beliau buat kartu nama, bagus sekali, lengkap dengan foto ursula potong poni begitu, kemudian beliau bagi ke seluruh masyarakat kampung, beliau bagi, beliau bagi, beliau bagi.
Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini, tidak ada foto caleg. Bapak saya langsung stres karena kalau tidak ada foto caleg, itu bagaimana masyarakat mau memilih? Masyarakat di sana kan rata-rata masih buta huruf. Jangankan memilih, huruf A besar saja mereka pikir lam alif.
Teman-teman, menurut saya selama pendidikan di Indonesia tidak merata, demokrasi kita akan selalu rusak karena suara seorang profesor dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu. Suara orang yang memilih karena analisa dengan suara orang yang memilih karena dibayar sama-sama dihitung satu.
Makannya teman-teman, jangan ada yang golput karena kita semua yang ada di sini dan yang ada di rumah adalah harapan Indonesia agar orang-orang yang sudah gila sejak awal tidak terpilih di Pemilu tahun ini.
Biarkan mereka gila sendiri.
Dan teman-teman, yang lebih gila itu nanti adalah tim sukses di posko kemenangan. Ketika kalah, mereka bisa stres hanya gara-gara nama: tim sukses tapi gagal, posko kemenangan tapi kalah.
Aduh mama sayang ee.
Ini seperti berzina tapi halal. Zina apa yang halal?!
“Weh bro, kemarin saya habis berzina di lokalisasi.”
“Astaghfirullah. Cepat sholat tobat sana.”
“Eh tenang, kemarin waktu bayar itu saya sudah potong 2,5% untuk anak yatim.”
Itulah contoh stand up comedy tentang kritik sosial. Semoga bermanfaat.
Editor : Komaruddin Bagja
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel: